Selasa, 08 November 2016

Makalah Proxy War

Nama   : Tegar Al Aqbar Elrozis
NIM    : F1A013057
Tugas   : Jati Diri Unsoed
Judul   : Indonesia dalam ancaman proxy war

A.    Pendahuuan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada di asia tenggara, merdeka pada tahun 1945 dan telah dijajah banyak negara di masa lalu seperti portugis, belanda , dan jepang membuat Indonesia memiliki keberagaman budaya yang sangat tinggi terlebih lagi Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sangat banyak pulau hingga ribuan jumlahnya termasuk pulau kecil, yang dimana hal itu mendorong keberagaman budaya.
Kemerdekaan Indonesia didapat tidak dengan cuma-cuma tapi didapatkan melalui perjuangan tiada henti oleh para pahlawan terdahulu yang mempertaruhkan nyawanya demi kemerdekaan, dan sebagaii generasi penerus kita diwajibkan untuk tetap menjaga kemerdekaan dan kesatuan dan kutuhan dari NKRI. Namun Rendahnya kesadaran bela negara pada generasi muda membuat keamanan bangsa menjadi objek panas di atas meja taruhan global. Berbagai potensi gangguan keamanan bisa muncul tanpa diduga.
Di dalam era globalisasi seperti saat ini cenderung meniadakan sekat-sekat antar negara di berbagai bidang seperti ekonomi, budaya, politik, pertahanan dan sebagainya. Dalam bidang pertahanan, sebuah negara yang sedang berkonflik atau konfrontasi tidak hanya dapat melakukan perang konvensional, perang asimetris, perang hibrida, dan perang proxy. Perang konvensional berupa perang yang langsung menyerang wilayah suatu negara menggunakan persenjataan militer. Pada dewasa ini ancaman perang konvensional kemungkinan sangat kecil karena semakin berkembangnya situasi dan kemajuan teknologi yang ada. Kerasnya tuntutan-tuntutan kepentingan kelompok saat ini mendorong penggunaan jenis perang yang baru seperti perang asimetris, perang hibrida dan perang proxy.
Sebuah Proxy war atau Perang proksi adalah perang yang terjadi ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Sementara kekuasaan kadang-kadang digunakan pemerintah sebagai proksi, aktor non-negara kekerasan, dan tentara bayaran, pihak ketiga lainnya yang lebih sering digunakan. Diharapkan bahwa kelompok-kelompok ini bisa menyerang lawan tanpa menyebabkan perang skala penuh. Perang Proksi juga telah berjuang bersama konflik skala penuh. Hal ini hampir mustahil untuk memiliki perang proksi yang murni, sebagai kelompok berjuang untuk bangsa tertentu biasanya memiliki kepentingan mereka sendiri, yang dapat menyimpang dari orang-orang dari patron mereka. Biasanya perang proksi berfungsi terbaik selama perang dingin, karena mereka menjadi kebutuhan dalam melakukan konflik bersenjata antara setidaknya dua pihak yang berperang sambil terus perang dingin.. Biasanya pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang juga bisa dilakukan oleh kekuatan nonstate actors seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Oraganisasi Masyarakat (Ormas), kelompok 4 masyarakat atau perorangan. Indikasi adanya proxy war di antaranya adalah gerakan separatis, demonstrasi massa dan bentrok antar kelompok dan juga dapat dilihat melalui berbagai bentuk pemberitaan media yang provokatif, peredaran narkoba, penyebaran pornografi serta seks bebas. Perang proxy atau proxy war merupakan ancaman yang sangat besar bagi bangsa dan negara Indonesia.



















B.     Pembahasan
Dalam Orasi Ilmiahnya di Universitas Jendral Soedirman, Panglima TNI mengangkat tema “Memahami Ancaman, Menyadari Jati Diri, Sebagai Modal Membangun Menuju Indonesia Emas”. Dihadapan para peserta, Jenderal Gatot Nurmantyo mengawali paparannya dengan mengungkapkan Teori Thomas Malthus yang mengungkapkan bahwa pertambahan penduduk bertambah menurut deret ukur sedangkan produksi pangan bertambah menurut deret hitung, hal ini mengakibatkan pada suatu saat nanti jumlah manusia yang terus bertambah akan mengalami krisis pangan.  “Saat ini sumber konflik yang ada di dunia disebabkan karena masalah energi, namun suatu saat nanti akan bergeser menjadi masalah pangan,” jelasnya.  Jika saat ini konflik terjadi kebanyakan di negara-negara penghasil minyak bumi di Timur Tengah, maka kelak di tahun 2043 jika krisis pangan terjadi maka konflik akan bergeser ke negara-negara ekuator sebagai pemilik sumber daya pangan yang baik dibandingkand engan negara-negara non ekuator.  “Jika ini terjadi, maka Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi sasaran,” jelasnya.
Menurut Jendral TNI Gatot Nurmantyo, indikasi adanya proxy war di Indonesia diantaranya:
ü  Gerakan separatis
ü  Demonstrasi massa
ü  Sistem regulasi yang merugikan
ü  Peredaran narkoba
ü  Pemberitaan media yang provokatif
ü  Penyebaran pornografi dan seksbebas
ü  Tawuran pelajar
ü  Bentrok antar kelompok.

Pada masa yang akan datang, peningkatan konsumsi energi dunia 41 persen dari kebutuhan hari ini, dimana energi fosil diperkirakan akan habis pada tahun 2048 dan digantikan dengan bio energi. 3 Sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus merupakan sumber energi. Indonesia sebagai salah satu negara ekuator yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara. Warga negara sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Intinya yang terbaik adalah Back to basic, mengerti bahwa cinta dan peduli akan kepentingan negara harus menjadi kepentingan tertinggi di atas kepentingan lainnya.

Lalu selain itu Proxy war dapat dilakukan pihak asing terhadap Indonesia dalam bentuk:
ü  Menjadikan Indonesia sebagai pasar produk pihak asing.
ü  Menghambat pembangunan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar kalah bersaing dalam era pasar bebas dunia.
ü  Merekrut generasi muda Indonesia dengan indoktrinasi disertai fasilitas pendidikan dan materi, agar mau jadi agen negara asing, agar kalau mereka jadi pemimpin bangsa Indonesia dikemudian hari, akan bisa dikendalikan oleh pemerintah negara asing tersebut.
ü  Negara asing akan melakukan investasi besar-besaran di bidang industri strategis, agar menguasai sektor industri strategis di Indonesia (migas, pertambangan, listrik, komunikasi, satelit, Alat Utama Sistem Senjata Militer RI, Saham Bluechip, dll).
ü  Pihak asing berusaha menciptakan pakta pasar bebas regional dan dunia, agar produk lokal Indonesia menjadi tertekan dan hancur. Melakukan penetrasi, penyusupan, suap, kolusi dengan pihak anggota legislatif Indonesia, agar produk hukum strategisnya akan menguntungkan pihak asing.
ü  Menciptakan kelompok teroris di Indonesia, agar dengan dalih untuk memerangi terorisme dunia, pihak asing dapat leluasa melakukan intimidasi dan campur tangan masuk ke Indonesia dengan dalih untuk menghancurkan terorisme dunia.
ü  Membeli dan menguasai media massa, baik cetak maupun elektronik, untuk membentuk opini publik yang menguntungkan pihak asing. Menguasai industri teknologi komunikasi tingkat tinggi, seperti satelit komunikasi dan satelit mata mata, agar dapat menyadap dan memonitor seluruh percakapan pejabat penting Indonesia, juga lokasi kekuatan militer Indonesia, serta kekayaan tambang Indonesia.
ü  Memecah belah dan mengahancurkan generasi muda Indonesia dengan narkoba, pergaulan bebas, budaya konsumtif, dan bermalas malasan.


Daftar Referensi

Adjisoedarmo.soedito, dkk. 2013. Buku Ajar Jati Diri UNSOED. Purwokertro: Tim UPT. Percetakan  dan penerbit UNSOED.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_proksi diakses pada jam 13:00  jumat, 7 oktober 2016

http://www.unsoed.ac.id/id/berita/kuliah-umum-panglima-tni diakses pada jam 13:00  jumat, 7 oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar