A.
Latar Belakang
Perkembangan global dan
perkembangan iptek khususnya di bidang teknologi informasi yang begitu cepat
telah menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat indonesia. Terutama internet,
baik itu bagi masyarakat umum ataupun bagi dunia pendidikan. Internet dalam
dunia pendidikan telah menghasilkan sebuah sistem pembelajaran jarak jauh.
Dengan sistem ini maka seorang pelajar tidak perlu lagi pergi kesekolah seperti
layaknya sekolah formal. Namun cukup meluangkan waktunya untuk bertatap muka
dengan dosen atau guru lewat monitor komputer. Demikian juga pelajar tidak
hanya memperoleh informasi tentang pengetahuan melalui buku perpustakaan bahkan
harus pergi ke perpustakaan untuk memperoleh pengetahuan, namun
cukup ada di depan monitor, pengetahuan yang akan dicari sudah
tersedia. Bahkan seorang guru akan dengan mudah mencari bahan ajar yang sesuai
dengan bidangnya dan juga seorang siswa dapat mendalami ilmu pengetahuan yang
didapatkan dengan didukung kemampuan untuk mencari informasi tambahan diluar yang
diajarkan oleh guru. Bahkan dalam lingkup pendidikan, sudah saatnya dibentuk
suatu jaringan informasi yang memanfaatkan teknologi informasi ini. Dengan
demikian terdapat suatu jaringan terhubung antar sekolah sebagai pertukaran
data dan informasi secara cepat, akurat dan tentunya murah dalam segala bidang.
Penyebaran ide maupun metode pembelajaran dalam proses pembelajaran yang lebih
tepat pun akan lebih mudah sampai kepelosok daerah yang selama ini mengalami
kesulitan untuk menerima informasi terkini.
Dampak positif tak serta
merta berdiri tegak tanpa ada halangan suatu apapun, masih lebih banyak dampak
negatif yang timbul akibat penggunaan teknologi yang kurang bijak, yang
kebanyakan hal itu dilakukan oleh generasi muda kita sekarang. Hal itu banyak
menimbulkan banyak masalah yang ada seperti berkurangnya moralitas, akhlak
mulia, kejujuran, kedisiplinan, rasa hormat dan empati yang merambah kedunia
pendidikan. Atas dasar hal itulah kini banyak pihak yang mendorong untuk
mengoptimalkan kembali pengembangan karakter di pendidikan tinggi.
Di Indonesia, pendidikan
karakter bangsa kembali menjadi topik hangat sejak 2010. Pembangunan budaya dan
karakter bangsa dicanangkan oleh Pemerintah dengan diawali ‘Deklarasi
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa’ sebagai gerakan nasional pada Januari
2010. Hal ini ditegaskan ulang dalam Pidato Presiden pada peringatan Hari
Pendidikan Nasional, 2 Mei 2010. Sejak itu, pendidikan karakter menjadi
perbincangan di tingkat nasional. Munculnya Deklarasi tersebut disinyalir akibat
kondisi bangsa kita yang menunjukkan perilaku antibudaya dan antikarakter
(Marzuki, 2013). Perilaku antibudaya bangsa tercermin di antaranya dari
memudarnya sikap kebinekaan dan kegotong-royongan bangsa Indonesia, di samping
kuatnya pengaruh budaya asing di tengah-tengah masyarakat. Adapun perilaku
antikarakter bangsa di antaranya ditunjukkan oleh hilangnya nilai-nilai luhur
yang melekat pada bangsa Indonesia, seperti kejujuran, kesantunan, dan
kebersamaan, serta ditandai dengan munculnya berbagai kasus kriminal (Marzuki,
2013).
Khusus untuk pendidikan
tinggi, desain pendidikan tinggi yang terkait dengan pendidikan karakter sangat
penting. Pendidikan karakter wajib ada di dalam kerangka dasar semua unsur
pendidikan di perguruan tinggi. Hal itu dikarenakan pendidikan karakter adalah
landasan bagi budaya akademik, karena ilmu pada prinsipnya dapat kita pandang
dalam perspektif moral dan sosial, sehingga akan terkait langsung dengan
perspektif kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penjabaran lebih
luas,pemahaman dan implementasi dari empat pilar yang mencakup nilai-nilai
luhur Pancasila, UUD 45, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal
Ika. Kesemuanya itu, jika diamalkan, wujudnya adalah perilaku yang baik dengan
karakter moral bangsa Indonesia. Secara umum nilai-nilai luhur keempat pilar
wajib melandasi proses pendidikan menuju perilaku berkarakter. Implementasinya
dengan cara olah pikir, olah hati, olah rasa/karsa, dan olahraga.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi pendidikan karakter di perguruan
tinggi?
C.
Pembahasan
i.
Pendidikan Karakter
Secara etimologis, kata karakter berasal dari
bahasa inggis, character, yang berarti watak atau sifat. Karakter adalah
nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan
dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari. Orang berkarakter berarti orang yang
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Dengan makna
seperti itu berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak.
Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga
pada masa kecil dan bawaan sejak lahir (Koesoema, 2007). Karakter merupakan
nilai-nilai yang terpatri dalam
diri individu melalui
pendidikan, pengalaman, pengorbanan,
dan pengaruh lingkungan
yang dipadukan dengan
nilai-nilai dari dalam
diri manusia yang menjadi
semacam nilai-nilai intrinsik yang terwujud
dalam sistem daya
juang yang melandasi pemikiran,
sikap dan perilakunya. Karakter tidak
datang dengan sendirinya,
tetapi dibentuk dan
dibangun secara sadar dan
sengaja, berdasarkan jati
diri masing-masing
(Soedarsono, 2008).
Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis
nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab,
kebenaran, keindahan, kebaikan, dan keimanan. Pendidikan karakter akan
menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang sadar diri sebagai makhluk,
manusia, warga negara, dan pria atau wanita. Karakter seseorang merupakan
ukuran martabat dirinya sehingga berpikir obyektif, terbuka, kritis, serta
memiliki harga diri yang tidak mudah diperjualbelikan.
Dewasa ini nilai pendidikan karakter dapat diuraikan menjadi beberapa butir, antara
lain
seperti berikut :
ü Religius
Merupakan suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
ü Jujur
Adalah perilaku yang didasarkan pada kebenaran, menghindari perilaku yang
salah, serta menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dipercaya dalam
perkataan, tindakan dan pekerjaan.
ü Toleransi
Suatu tindakan dan sikap yang menghargai pendapat, sikap dan tindakan orang
lain yang berbeda pendapat, sikap dan tindakan dengan dirinya.
ü Disiplin
Suatu tindakan tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang
harus dilaksanakannya.
ü Kerja keras
Suatu upaya yang diperlihatkan untuk selalu menggunakan waktu yang tersedia
untuk suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknyasehingga pekerjaan yang dilakukan
selesai pada waktunya.
ü Kreatif
Berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau produk barudari apa yang telah
dimilikinya.
ü Mandiri
Kemampuan melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah
dimilikinya
ü Demokratis
Sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain dalam kedudukan yang sama
ü Rasa ingin tahu
Suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang
dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait.
ü Semangat kebangsaan
Suatu cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
ü Cinta tanah air
Suatu sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang
tinggi terhadap lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik
bangsanya.
ü Menghargai prestasi
Suatu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang
lain.
ü Bersahabat/komunikatif
Suatu tindakan yang memperlihatkan rasa senang beerbicara, bergaul dan
bekerjasama dengan orang lain.
ü Cinta damai
Suatu sikap dan tindakan yang selalu menyebabkan orang lain senang dan
dirinya diterima dengan baik oleh orang lain, masyarakat dan bangsa.
ü Senang membaca
Suatu kebiasaan yang selalu menyediakan waktu untuk membaca bahan bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
ü Peduli sosial
Suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan untuk
membantu orang lain dan masyarakat dalam meringankan kesulitan yang mereka
hadapi.
ü Peduli lingkungan
Suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
ü Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang
seharusnyadia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
ii.
Pendidikan Tinggi
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi.
Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik
perguruan tinggi disebut dosen. Menurut jenisnya, perguruan tinggi dibagi
menjadi dua:
ü Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
ü Perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
pihak swasta. (wikipedia2016)
Di Indonesia, perguruan tinggi negeri dikelola oleh Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Rektor perguruan tinggi
negeri merupakan pejabat setingkat eselon 2 di bawah Menteri Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia ataupun kementerian lainnya.
iii.
Implementasi Pendidikan Karakter
Dunia pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan
generasi muda serta munculnya perilaku destruktif, anarkis, dan radikalis. Atas
dasar itu, semua pemangku kepentingan pendidikan harus memberikan perhatian
serta pendampingan lebih besar kepada peserta didik dalam membentuk pola pikir
dan perilaku yang dibenarkan oleh peraturan dan perundangan. Tenaga pendidik
memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk karakter anak didiknya.
Adalah pendapat yang salah jika para pendidik menghentikan pendidikan
karakter pada jenjang sekolah menengah atas. Tidak sedikit mahasiswa yang
memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah serta ingin mencari jati diri,
namun justru malah terjerumus pada hal-hal negatif. Tingginya tingkat
kepercayaan dosen kepada mahasiswa untuk bisa mengurus dirinya sendiri
seringkali disalahgunakan. Dua hal pokok tersebut cukup menjadikan alasan
perlunya bimbingan dosen kepada mahasiswa. Pendidikan karakter mendesak
diterapkan hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk memantapkan
mental generasi penerus bangsa agar memiliki karakter yang baik serta jiwa
patriotisme dan nasionalisme yang tinggi.
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi
yang berkewajiban untuk ikut andil dalam pembentukan karakter bangsa. Tenaga
pendidik perguruan tinggi adalah pendidik professional dan ilmuwan dengan tugas
utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat (Tri Darma Perguruan Tinggi). Tenaga pendidik perguruan tinggi
secara professional memiliki fungsi sebagai pengajar, pendidik dan pelatih
sehingga dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta
didik. Hal tersebut menjadi pintu masuk bagi pendidikan karakter untuk dapat
diterapkan ditingkat perguruan tinggi di Indonesia.
Program pengembangan mahasiswa pada dasarnya merupakan kegiatan
ekstra-kurikuler sebagai penunjang kurikuler, yang dirancang sedemikan rupa
agar menjadi program yang terintegrasi. Pendekatan yang digunakan adalah
berproses, terpadu dan kontinyu. Ranah pembinaan kegiatan kemahasiswaan di
perguruan tinggi biasanya terbagai ke dalam pembinaan 1) penalaran, keilmuan
dan keprofesian; 2) minat, bakat dan kegemaran; 3) organisasi mahasiswa; 4)
sosial kemasyarakatan. Masing-masing ranah memiliki tujuan, seperti menanamkan
sikap ilmiah dan profesionalisme; mengaktualisasikan minat dan kegemaran serta
bakat untuk menunjang perkembangan jasmani dan rohani; mengembangkan organisasi
kemahasiswaan di lingkungan perguruan tinggi; mengaktualisasikan hasrat dan
kepekaan sosial untuk berinteraksi dengan masyarakat.
D.
Kesimpulan
Pendidikan pengembangan karakter adalah
sebuah proses berkelanjutan dan tidak pernah berakhir. Oleh karena itu, seperti
tercantum pada Kebijakan Nasional Pengembangan Karakter, untuk mencapai
karakter bangsa yang diharapkan, diperlukan individu-individu yang berkarakter
yang terus-menurus perlu dikembangkan. Dalam membangun karakter bangsa
diperlukan upaya serius membangun karakter individu. Secara psikologis karakter
individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan olah hati, olah pikir, olah raga,
olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan
keyakinan/keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar, guna mencari dan
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga
berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan
penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan
dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan
penciptaan kebaruan.
Daftar Pustaka
Koesoema, D.A. 2007. Pendidikan Karakter:
Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Grasindo. Jakarta.
Marzuki. 2013. Revitalisasi Pendidikan
Agama di Sekolah dalam Pembangunan Karakter Bangsa di Masa Depan. Jurnal
Pendidikan Karakter. 3 (1): 64-76.
Soedarsono, Soemarsono.
2008. Karakter Mengantar Bangsa:
dari Gelap Menuju Terang. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Perguruan tinggi.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Perguruan_tinggi.html) diunduh pada kamis 20 oktober 2016 pukul 19:30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar