Nama : Tegar Al Aqbar Elrozis
NIM : F1A013057
Tugas
: Jati Diri Unsoed
Judul : Indonesia dalam ancaman proxy war
A. Pendahuuan
Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang ada di asia tenggara, merdeka pada tahun 1945 dan telah dijajah
banyak negara di masa lalu seperti portugis, belanda , dan jepang membuat Indonesia
memiliki keberagaman budaya yang sangat tinggi terlebih lagi Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki sangat banyak pulau hingga ribuan
jumlahnya termasuk pulau kecil, yang dimana hal itu mendorong keberagaman
budaya.
Kemerdekaan Indonesia didapat tidak
dengan cuma-cuma tapi didapatkan melalui perjuangan tiada henti oleh para
pahlawan terdahulu yang mempertaruhkan nyawanya demi kemerdekaan, dan sebagaii
generasi penerus kita diwajibkan untuk tetap menjaga kemerdekaan dan kesatuan
dan kutuhan dari NKRI. Namun Rendahnya kesadaran bela negara pada generasi muda
membuat keamanan bangsa menjadi objek panas di atas meja taruhan global.
Berbagai potensi gangguan keamanan bisa muncul tanpa diduga.
Di dalam era globalisasi seperti saat
ini cenderung meniadakan sekat-sekat antar negara di berbagai bidang seperti
ekonomi, budaya, politik, pertahanan dan sebagainya. Dalam bidang pertahanan,
sebuah negara yang sedang berkonflik atau konfrontasi tidak hanya dapat
melakukan perang konvensional, perang asimetris, perang hibrida, dan perang
proxy. Perang konvensional berupa perang yang langsung menyerang wilayah suatu
negara menggunakan persenjataan militer. Pada dewasa ini ancaman perang
konvensional kemungkinan sangat kecil karena semakin berkembangnya situasi dan
kemajuan teknologi yang ada. Kerasnya tuntutan-tuntutan kepentingan kelompok
saat ini mendorong penggunaan jenis perang yang baru seperti perang asimetris,
perang hibrida dan perang proxy.
Sebuah Proxy war atau Perang proksi adalah perang yang terjadi ketika
lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama
lain secara langsung. Sementara kekuasaan kadang-kadang digunakan pemerintah
sebagai proksi, aktor non-negara kekerasan, dan tentara bayaran, pihak ketiga
lainnya yang lebih sering digunakan. Diharapkan bahwa kelompok-kelompok ini bisa
menyerang lawan tanpa menyebabkan perang skala penuh. Perang Proksi juga telah
berjuang bersama konflik skala penuh. Hal ini hampir mustahil untuk memiliki
perang proksi yang murni, sebagai kelompok berjuang untuk bangsa tertentu
biasanya memiliki kepentingan mereka sendiri, yang dapat menyimpang dari
orang-orang dari patron mereka. Biasanya perang proksi berfungsi terbaik selama
perang dingin, karena mereka menjadi kebutuhan dalam melakukan konflik
bersenjata antara setidaknya dua pihak yang berperang sambil terus perang
dingin.. Biasanya pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah
negara kecil, namun kadang juga bisa dilakukan oleh kekuatan nonstate actors
seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Oraganisasi Masyarakat (Ormas),
kelompok 4 masyarakat atau perorangan. Indikasi adanya proxy war di antaranya adalah gerakan separatis, demonstrasi massa
dan bentrok antar kelompok dan juga dapat dilihat melalui berbagai bentuk
pemberitaan media yang provokatif, peredaran narkoba, penyebaran pornografi
serta seks bebas. Perang proxy atau proxy
war merupakan ancaman yang sangat besar bagi bangsa dan negara Indonesia.
B. Pembahasan
Dalam Orasi Ilmiahnya di Universitas Jendral
Soedirman, Panglima TNI mengangkat tema “Memahami Ancaman, Menyadari Jati Diri,
Sebagai Modal Membangun Menuju Indonesia Emas”. Dihadapan para peserta,
Jenderal Gatot Nurmantyo mengawali paparannya dengan mengungkapkan Teori Thomas
Malthus yang mengungkapkan bahwa pertambahan penduduk bertambah menurut deret
ukur sedangkan produksi pangan bertambah menurut deret hitung, hal ini
mengakibatkan pada suatu saat nanti jumlah manusia yang terus bertambah akan
mengalami krisis pangan. “Saat ini
sumber konflik yang ada di dunia disebabkan karena masalah energi, namun suatu
saat nanti akan bergeser menjadi masalah pangan,” jelasnya. Jika saat ini konflik terjadi kebanyakan di
negara-negara penghasil minyak bumi di Timur Tengah, maka kelak di tahun 2043
jika krisis pangan terjadi maka konflik akan bergeser ke negara-negara ekuator
sebagai pemilik sumber daya pangan yang baik dibandingkand engan negara-negara
non ekuator. “Jika ini terjadi, maka Indonesia
menjadi salah satu negara yang menjadi sasaran,” jelasnya.
Menurut Jendral TNI Gatot Nurmantyo,
indikasi adanya proxy war di Indonesia
diantaranya:
ü Gerakan
separatis
ü Demonstrasi
massa
ü Sistem
regulasi yang merugikan
ü Peredaran
narkoba
ü Pemberitaan
media yang provokatif
ü Penyebaran
pornografi dan seksbebas
ü Tawuran
pelajar
ü Bentrok
antar kelompok.
Pada masa yang akan datang, peningkatan
konsumsi energi dunia 41 persen dari kebutuhan hari ini, dimana energi fosil
diperkirakan akan habis pada tahun 2048 dan digantikan dengan bio energi. 3
Sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus
merupakan sumber energi. Indonesia sebagai salah satu negara ekuator yang
memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan
kepentingan nasional berbagai negara. Warga negara sebagai tulang punggung
bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk
kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara.
Intinya yang terbaik adalah Back to basic, mengerti bahwa cinta dan peduli akan
kepentingan negara harus menjadi kepentingan tertinggi di atas kepentingan
lainnya.
Lalu selain itu Proxy war dapat dilakukan pihak asing terhadap Indonesia dalam
bentuk:
ü Menjadikan
Indonesia sebagai pasar produk pihak asing.
ü Menghambat
pembangunan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar kalah
bersaing dalam era pasar bebas dunia.
ü Merekrut
generasi muda Indonesia dengan indoktrinasi disertai fasilitas pendidikan dan
materi, agar mau jadi agen negara asing, agar kalau mereka jadi pemimpin bangsa
Indonesia dikemudian hari, akan bisa dikendalikan oleh pemerintah negara asing
tersebut.
ü Negara
asing akan melakukan investasi besar-besaran di bidang industri strategis, agar
menguasai sektor industri strategis di Indonesia (migas, pertambangan, listrik,
komunikasi, satelit, Alat Utama Sistem Senjata Militer RI, Saham Bluechip,
dll).
ü Pihak
asing berusaha menciptakan pakta pasar bebas regional dan dunia, agar produk
lokal Indonesia menjadi tertekan dan hancur. Melakukan penetrasi, penyusupan,
suap, kolusi dengan pihak anggota legislatif Indonesia, agar produk hukum
strategisnya akan menguntungkan pihak asing.
ü Menciptakan
kelompok teroris di Indonesia, agar dengan dalih untuk memerangi terorisme
dunia, pihak asing dapat leluasa melakukan intimidasi dan campur tangan masuk
ke Indonesia dengan dalih untuk menghancurkan terorisme dunia.
ü Membeli
dan menguasai media massa, baik cetak maupun elektronik, untuk membentuk opini
publik yang menguntungkan pihak asing. Menguasai industri teknologi komunikasi
tingkat tinggi, seperti satelit komunikasi dan satelit mata mata, agar dapat
menyadap dan memonitor seluruh percakapan pejabat penting Indonesia, juga
lokasi kekuatan militer Indonesia, serta kekayaan tambang Indonesia.
ü Memecah
belah dan mengahancurkan generasi muda Indonesia dengan narkoba, pergaulan
bebas, budaya konsumtif, dan bermalas malasan.
Daftar
Referensi
Adjisoedarmo.soedito,
dkk. 2013. Buku Ajar Jati Diri UNSOED. Purwokertro: Tim UPT. Percetakan dan penerbit UNSOED.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_proksi
diakses pada jam 13:00 jumat, 7 oktober
2016
http://www.unsoed.ac.id/id/berita/kuliah-umum-panglima-tni
diakses pada jam 13:00 jumat, 7 oktober
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar